RESUME IMAM SYAFI'I PEJUANG KEBENARAN

 


Nama lengkapnya Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Syafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i atau yang lebih dikenal dengan Imam Syafi’i, ulama besar pendiri mazhab Syafi’i. Nama Imam Syafi'i berdasarkan keturunannya adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Sa'ib bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdul Manaf. Ayahnya berasal dari keturunan Quraisy yaitu dari Bani Muthalib.

Imam Syafi’i dilahirkan di Gaza, Palestina pada bulan Rajab tahun 150 Hijriah. Ketika di kota Bagdad seorang ulama besar, Imam Hanifah meninggal, pada saat yang sama Syafi’i dilahirkan di kota Gaza. Sejak awal mengandung ibu Imam Syafi’i, Ummu Habibah selalu membaca surah Yusuf dan surah Luqman. Kedua orang tua itu berharap agar kelak bayi mereka memiliki paras rupawan dan cerdas. Harapan itu semakin besar ketika suatu malam si Ibu bermimpi melihat satu bintang keluar dari perutnya lalu naik ke langit. Kemudian bintang itu pecah dan jatuh bertaburan ke bumi. Cahaya dari bintang itu menjadikan bumi terang benderang. Mimpi yang sama dialami juga oleh Idris, sang suami. 

Imam Syafi'i dibesarkan dalam keadaan serba kekurangan. Ayahnya meninggal di Kota GazaPada usia 9 tahun , Syafi'i sudah mempelajari Al-Qur'an dan menghapalnya. Pada usia 10 Syafi'i sudah memahami dan menghafal kitab Al-Muwatta’ yang dikarang oleh Imam Malik. Ia juga memiliki suara yang merdu, pandai bersyair dan bersajak. Karena kepandaiannya pada usia 15 tahun ia telah memberi fatwa dan mengajar orang-orang di Masjid Al-Haram. 

Jalan hidup Syafi'i tidak berjalan lancar begitu saja, Syafi'i dan pengikutnya pernah mengalami siksaan berat dan nyaris dihukum mati karena difitnah oleh kaum mu'tazilah. Syafi'i harus menghadapi kebencian-kebencian itu,namun Syafi'i mengahadapi segala rintangan itu dengan kesabaran dan keikhlasan.

Pesan imam Syafi’i kepada para pengikutnya:

“Sabar dalam menghadapi musibah adalah sebesar-besarnya arti sabar. Sabar itu memerlukan kesabaran pula. Ada pun celaka dan musibah, menunjukkan adanya perhatian dan kasih sayang Allah. Oleh karena itu, bersyukurlah sebab bersyukur yang seperti itu adalah setinggi-tingginya arti syukur.”

“Siapa yang ingin meninggalkan dunia dengan selamat, hendaklah ia mengamalkan perkara berikut: mengurangi tidur, mengurangi makan, mengurangi bicara, dan merasa cukup dengan rejeki yang ada.”

“Perbanyaklah menyebut Allah daripada menyebut makhluk. Dan perbanyaklah menyebut akhirat daripada menyebut dunia.”

“Berbuatlah sebanyak-banyaknya amal saleh karena itu merupakan dinding dan perisai orang mukmin dan pelindung dari serangan iblis.”


Nama  : Nendhita Helsa Vidiyanti

Kelas   : XII MIPA 3

Absensi : 20

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAU MEWUJUDKAN MIMPI ,TAPI GA PUNYA NYALI?

NAVIGASI ZAREEN

KRITIK SASTRA CERPEN " TANGAN SIAPA " Karya : Pingkan Hendrayana